Saya melihat status teman saya dalam sebuah situs jejaring sosial yang membuat saya sedikit ingin merenungkannya, bukan untuk mengomentari tapi sekedar merenungkan. kurang lebih statusnya seperti ini, “musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri”, saya bertanya kepada diri saya benarkah diri saya adalah musuh yang harus saya perangi untuk apa yang saya sebut dengan kesuksesan.

Kalau saya membaca buku tentang motivasi atau kiat-kiat agar menjadi pribadi sukses sanagat jarang saya temukan penulis bukunya yang dengan sadar menuliskan bahwa perlakuan untuk setiap orang dalam mencapai kesusksesan itu berbeda-beda. dengan kata lain menyadari bahwa manusia memiliki keunikan tersendiri. saya baru menyadari kenapa setiap membaca buku-buku motivasi dan kiat-kiat agar sukses selalu tidak berhasil membangkitkan gairah saya untuk terus bekerja keras mencapai kesuksesan itu.

Sekarang saya sedang melihat ke dalam diri dan menyatakan bahwa diri saya punya keunikan mulai dari cara belajar, cara memperoleh pengetahuan, cara berinterkasi dss. tidak mungkin saya mencapai apa yang orang lain capai dengan cara mereka karena pada dasarnya saya dan mereka itu adalah berbeda. Dengan berfikir seperti itu setidaknya ketika saya berada dalam kondisi sedih, susah atau bahagia saya tetap berfikir bahwa ini adalah bagian hidup saya. dengan berfikir bahwa diri saya memiliki keunikan tersendiri setidaknya saya merasa bersyukur atas penciptaan diri saya karena sekecil apapun saya dimata orang lain tetaplah saya memiliki peranan di dunia ini dengan keunikan  yang telah dikaruniakan kepada saya.

Jadi bukan diri yang seharusnya jadi musuh manusian, kalau menurut saya, sekali lagi menurut saya. seperti apa yang dikatakan oleh Baginda SAW ketika baru selesai dari sebuah peperangan, Baginda SAW yang mulia mengatakan bahwa jihad manusia yang terbesar adalah menundukan nafsu jahatnya, nafsu untuk berbuat buruk. Adalah sunatulloh bahwa manusia dikaruniai nafsu, tanpa nafsu manusia tidak akan memiliki kehendak untuk berbuat. untuk menyederhanakan mengenai seperti apakah nafsu, cukup   saja disini nafsu untuk berbuat hal-hal yang tidak baik.

Karena nafsu tidak berbentuk sangat sukar bagi kita untuk bisa melihatnya dibutuhkan kesadaran jiwa untuk melihatnya, dan kita harus belajar untuk melihatnya, karena setiap saat Tuhan selalu mengajari kita untuk melihatnya.